Press Release

Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI)

Tentang : Enam Windu PERHEPI ditengah Menguatnya Gerakan Populisme

_________________________________________________________________________

Sejalan dengan berbagai perkembangan menarik pada lingkungan global dan regional, terutama menguatnya gerakan populisme, yang ditandai dengan menguatnya perhatian pada kepentingan internal di suatu negara, telah membawa konsekuensi yang besar pada berbagai kesepakatan internasional, terutama yang berkaitan dengan perdagangan dan  isu glogbal lainnya seperti perubahan iklim.  Kondisi ini sudah pasti berpengaruh terhadap pembangunan pertanian dibanyak negara, termasuk Indonesia, karena kuatnya keterkaitan pembangunan pertanian dengan berbagai kesepakatan Internasional.

Beranjak dari situasi di atas, maka Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), yang tahun ini memasuki usianya yang ke Enam Windu atau 48 tahun (didirikan di Ciawi pada Tahun 1969), menyelenggarakan Konferensi Internasional dengan mengambil Tema : New Social Economics of Sustainable Agriculture and Food System: The Rise of Welfare State Approach.  Melalui Konferensi Internasional yang diselenggarakan di Grand Inna Sanur, Denpasar pada tanggal 23-24 Agustus 2017 ini, dan dilaksanakan bersamaan dengan Kongres XVII PERHEPI, diharapkan dapat ditelaah konsekwensi dari fenomena menguatnya kecenderungan gerakan nasionalisasi di berbagai negara, terutama dalam kaitannya dengan usaha pertanian dalam berbagai tingkatan. Penelaahan isu strategis ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para ilmuwan, pelaku usaha dan pengambil kebijakan terhadap isu ini, sehingga dapat diantisipasi melalui berbagai kebijakan yang mengait dengan pembangunan pertanian.

Untuk mengupas kecenderungan menguatnya gerakan populisme lintas negara, yang cenderung menafikan globalisasi, maka dalam konferensi Internasional PERHEPI tahun ini diundang sejumlah pembicara kunci dari kalangan pengambil kebijakan di pemerintahan dan lembaga internasional, serta pakar lintas negara. Kehadiran beragam pembicara ini diharapkan dapat memberi perspektif yang beragam dari isu yang ada. Kehadiran pembicara lintas negara diharapkan akan memperkaya pemahaman kita terhadap sikap dan pandangan mereka terhadap isu yang dibahas. Pembicara kunci yang diundang antara lain Dr. Bambang Susantono, Vice President Asian Development Bank, Prof. Hitoshi Yonekura (Tohoko University, Japan) dan Dr. Endah Murniningtyas (UN SDGs Expert Panel). Selain itu beberapa pakar ekonomi pertanian dunia juga mengisi beberapa session utama konferensi ini antara lain Prof. Randy Stringer (The University of Adelaide, Australia), Thomas A. Reardon (Michigan State University, United States of America), Prof. Pieter Glasbergen (Maastricht University, Netherlands) dan Dr. Shaufique F. Sidique (Institute of Agricultural and Food Policy Studies).

Kegiatan Konferensi ini juga diramaikan dengan pemaparan makalah undangan dari para peminat Ekonomi Pertanian Mancanegara dalam serangkaian sidang kelompok, dengan mengambil tema antara lain : Social Economic Impact of Sustainability Certification, Smallholders in The Global Value Chain, Sustainable Agricultural Development in The Era of Resource Scarcity, Agricultural Insurance and Sustainability in Developing Countries: Who Gains?, The Dynamic of Agro-tourism and Agricultural Resources Management serta Sustainability of Global Palm Oil Supply Chain.